3 Tokoh FEB UI Diabadikan Menjadi Nama Gedung & Ruangan di Bappenas

0

Menteri Perencanaan Pembangunan/Bappenas Bambang Brodjonegoro pada Jumat (10/11/2017) mengabadikan tiga nama tokoh Fakultas Ekonomi & Bisnis (FEB) UI sebagai nama gedung dan ruangan di kantor Bappenas.

Gedung yang selama ini dikenal sebagai gedung baru Bappenas kini menjadi gedung Saleh Afiff.

Selain itu, ruang pertemuan pimpinan yang selama ini dikenal sebagai “ruangan 2 setengah” di Gedung Widjojo Nitisastro, kini menjadi ruang pertemuan Benny S. Mulyana.

Sedangkan ruang rapat serba guna yang selama ini dikenal sebagai ruang SG 1-5 menjadi ruang rapat Djunaedi Hadisumarto.

Ketiga tokoh tersebut merupakan mantan pimpinan Bappenas yang telah banyak berjasa bagi bangsa dan negara.

“Kami ingin memulai sebuah tradisi baru, yaitu tradisi penghargaan bagi para tokoh-tokoh bangsa melalui pengabadian nama tokoh-tokoh tersebut di gedung Bappenas,” ujar Bambang dalam sambutannya.

Peresmian ini juga dihadiri oleh Wakil Presiden RI periode 2009 – 2014 Boediono, serta beberapa Kepala Bapennas periode lalu seperti Andrinof Chaniago dan Paskah Suzetta, serta beberapa perwakilan keluarga.

Tokoh-tokoh FEB UI yang diabadikan dalam kegiatan ini mempunyai jasa yang sangat nyata dalam sejarah pembangunan bangsa, namun juga tidak lupa pada profesinya sebagai akademisi.

Dalam sejarahnya, banyak hasil pemikiran ilmiah para tokoh FEB UI ini yang menunjukkan kepedulian mereka bagi bangsa dan negara.

Saleh Afiff yang merupakan Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI) tercatat pernah beberapa kali menjabat sebagai menteri di berbagai posisi.

Ia merupakan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, dan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian.

Tidak hanya di tingkatan negara, di kampus pun Saleh Afiff tetap berperan. Ia pernah menjadi Direktur Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LPEM FEUI) periode 1968-1970 dan punya perhatian khusus pada bidang ekonomi pertanian di FEUI.

Bulan Juni 1968, tulisannya bersama Leon A Mears muncul di jurnal Bulletin of Indonesian Economic Studies (BIES) tentang program Bimas dan produksi beras (A New Look at the Bimas Program and Rice Production). Satu hal yang menarik dari tulisan ini, gagasan Pak Afiff dan Mears tentang peran swasta dalam menyediakan input dan juga aspek pemasaran.

Benny S. Mulyana lulus dari FEUI pada tahun 1959 dan berhasil mendapatkan gelar Ph.D dari Iowa State University di Ames, Amerika Serikat, tahun 1971.

Sebelum menjabat menteri, beliau berkali-kali menjadi asisten berbagai kementerian seperti Asisten Kementerian Pertanian, Asisten Menko Ekuin, dan terakhir sebagai Menteri Muda Perencanaan Pembangunan Nasional/Wakil Ketua Bappenas periode 1988 – 1993.

Setelah pensiun sebagai PNS dan tidak lagi duduk sebagai menteri, ia kembali mengajar di kampus Universitas Indonesia.

Salah satu sumbangan dalam keilmuannya yaitu buku berjudul “Pembangunan Ekonomi dan Tingkat Kemajuan Ekonomi Indonesia” yang dipublikasikan tahun 1983.

Djunaedi Hadisumarto mengambil jurusan Ekonomi Umum FEUI, dan lulus pada tahun 1963. Tahun- tahun berikutnya ia mendalami public administration di Universitas California, AS, sampai meraih gelar doktor 11 tahun kemudian.

Dalam disertasinya yang berjudul The Indonesian Civil Service and its Reform Movement., ia mengatakan keterbukaan dan tanggung jawab adalah kunci untuk menanggulangi korupsi, kolusi, dan nepotisme.

Inilah salah satu bentuk pemikiran beliau tentang konsep good governance yang dihasilkan dari pengalaman dan pengamatannya terhadap dunia birokrasi Indonesia saat itu.

Sekitar 16 tahun bertugas di UI, dari asisten sampai dekan, Pak Djun dikenal akrab dengan para mahasiswa. Beliau menjabat dekan FE UI sampai dua periode.

Berkat rekam jejaknya, beliau dipercaya pemerintah saat itu untuk menjabat sebagai Kepala Bappenas periode waktu 1999 sampai 2001.

Pemikiran-pemikiran dan sepak terjang ketiga tokoh FEB UI tersebut dalam sejarah Indonesia merupakan bentuk pengabdian ketiga tokoh tersebut kepada bangsa dan negara.

Source : ui.ac.id

Leave a Reply